Posted by Blogger Name. Category:
Naskah Pidato
Assalamu'alaikum wr.wb.
Yang kami hormati bapak kepala sekolah.
Yang Kami hormati bapak dan ibu guru
Juga Anak-anak ku sekalian yang Bapak cintai.
Segala puji bagi Allah yang menguasai seluruh alam. Sahmat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada seorang Nabi yang tidak akan ada Nabi sesudahnya, Nabi Muhammad Saw. , kepada keluarga dan sahabatnya seluruhnya.
Anak-anakku sekalian seluruh siswa SMAN 21 Jakarta yang bapak cintai....
Di dalam diri kita kadang muncul rasa pesimis kemuidan tumbuh rasa optimis. Kadang silih berganti.
"SUDAHLAH! Jangan ngoyo, kita nggak akan berhasil!" Kata-kata seperti ini mungkin pernah kita dengar pada saat orang atau kelompok orang menyusun rencana dan target kerja.
Ada dua kemungkinan mengapa kata-kata ini keluar dari mulut seseorang. Pertama, rencana yang dibuat memang tak realistis. Kedua, ada orang yang selalu memandang berat setiap masalah. Alasan kedua inilah yang biasa disebut sebagai sikap pesimis.
Sikap pesimis merupakan halangan utama bagi seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang telah terjangkiti virus pesimis selalu merasa hidupnya penuh dengan kesulitan. Ia selalu berada dalam ketidakberdayaan menghadapi masa depan.
Anak-anakku sekalian yang bapak banggakan.
Pesimis ternyata tidak ada manfaatnya buat kita karena itu kita perlu menjadikan diri kita selalu optimis. Ada bebarapa hal yang mungkin dilakukan untuk membangun kembali optimisme kita:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman masa lalu, sepahit apapun pengalaman itu. Dalam kegagalan, sekalipun masih ada keberhasilan-keberhasilan kecil yang terselip, cobalah temukan keberhasilan itu dan syukuri keberadaannya.
Upaya ini paling tidak akan mengobati sebagian dari perasaan hancur yang kita derita. “Tapi bagaimanapun saya telah gagal” Buang jauh-jauh pikiran tersebut, karena pikiran tersebut tak akan membantu kita dalam meraih nikmat Allah berikutnya.
Allah hanya akan menambahkan nikmatNya pada orang yang mau mensyukuri pemberianNya meskipun nikmat itu sedikit.
2. Tata kembali target yang ingin kita capai. Jangan terbiasa membuat target yang berlebihan. Kita memang harus optimis, tapi kita perlu juga mengukur kemampuan diri sendiri. Kita juga perlu menelaah lebih jeli cara apa yang mungkin kita lakukan untuk mencapai target tertentu.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang dapat segera dilihat keberhasilannya. Seringkali ada manfaatnya untuk melihat keberhasilan-keberhasilan jangka pendek dari sebuah target jangka panjang.
Hal ini akan semakin menumbuhkan semangat dan optimisme dalam diri kita. Tentu kita harus terus mensyukuri apa yang kita peroleh dari capaian target-target kecil tersebut. Jangan pernah terbetik dalam hati, “Ah baru segini, target kita masih jauh.” Sikap ini sama sekali tak membangun rasa optimis.
4. Bertawakal kepada Allah. Menyadari adanya satu kekuatan yang dapat menolong kita di saat kita menghadapi rintangan merupakan modal dasar yang cukup ampuh dalam membangun optimisme. Bertawakal tentu harus dilakukan bersamaan dengan upaya kita memperbaiki target dan strategi pencapaiannya.
5. Langkah terakhir kita perlu merubah pandangan kita terhadap diri sendiri dan kegagalan. Kita perlu lebih sayang dan menghargai diri sendiri. Jangan kita terus menerus mengejek diri sendiri. “Aku ini orang bodoh, tak bisa apa apa.” Ini bukanlah sikap merendah, tapi merupakan sikap ingkar terhadap kelebihan yang telah Allah karunikan kepada kita.
Semikian apa yang bisa bapak sampaikan pada upacara kali ini, semoga ada manfaatnya. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamu 'Alaikum wr. wb.
0 comments:
Post a Comment